PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIIF ISLAM
Karakter dalam Islam disebut juga dengan akhlak, kepribadian serta watak sesorang yang dapat di lihat dari sikap, cara bicara dan berbuatnya yang kesemuanya melekat dalam dirinya menjadi sebuah identitas dan karakter sehingga sulit bagi seseorang untuk memanipulasinya. Manusia akan tampil sebagaimana kebiasaan, budaya dan adat istiadat kesehariannya, sebab manusia merupakan anak kandung budaya, baik keluarga maupun masyarakatnya di samping anak kandung dari agama yang dipeluknya.
Untuk lebih mengenal istilah karakter dalam Islam, maka perlu disajikan aspek ontologis akhlak sehingga dapat memberi khazanah pemahaman yang lebih jelas.
Mohammad Daud Ali menuturkan bahwa akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan dan penerapan melalui tingkah laku yang mungkin positif dan mungkin negatif, mungkin baik dan mungkin buruk, yang temasuk dalam pengertian positif (baik) adalah segala tingkah laku, tabiat, watak dan perangai yang sifatnya benar,amanah, sabar, pemaaf, pemurah rendah hati dan lain-lain. Sedang yang termasuk ke dalam pengertian akhlak negatif (buruk) adalah semua tingkah laku, tabiat, watak, perangai sombong, dendam, dengki, khianat dan lain-lain yang merupakan sifat buruk.
Dari perspektif lain, akhlak dapat juga disebut kepribadian, yaitu berasal dari kata personare (Yunani) yang berarti menyuarakan melalui alat. Di zaman Yunani kuno para pemain sandiwara bercakap-cakap atau berdialog dengan menggunakan semacam penutup muka (topeng) yang dinamakan persona. Dari kata ini kemudian dipindahkan ke bahasa Inggris menjadi personality (kepribadian).
Karakteristik muslim merupakan ciri, watak maupun kepribadian, perilaku seseorang yang berdasarkan konsep-konsep muslim ideal yang telah dipaparkan dalam Alquran. Dengan kata lain, karakteristik muslim ideal adalah karakteristik qur’ani yang bersumber dari dogma Alquran. Dengan karakter qur’ani tersebut maka seorang muslim diharapkan menjadi pengabdi (‘aabid) yang menjalankan perintah Allah Swt sesuai dengan petunjuk-Nya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa karakter merupakan bentuk lain dari akhlak yang secara teoritis merupakan akumulasi pengetahuan dan pengalaman langsung yang membentuk watak dan sifat seseorang yang bersifat melekat dan secara praktis berimplikasi pada perilaku nyata seseorang yang menjadi kebiasaan. Watak manusia dan perbuatannya merupakan entitas yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, dan terdapat jalinan yang sangat erat. Jika watak seseorang dibentuk oleh pengalaman dan pengetahuan buruk, maka perbuatannya juga akan cenderung mengarah ke sana. Demikian sebaliknya jika baik, maka perbuatannya akan baik. Orang yang watak dan perbuatannya terbiasa dengan hal-hal yang baik maka akan tidak nyaman jika diperintahkan untuk melakukan kejahatan, dia akan merasa bersalah, gelisah dan terus diliputi suasana hati yang tidak tenteram. Penyebabnya adalah karena kebiasaan yang sudah terbentuk menjadi wataknya.
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan pengertian tentang pendidikan karakter atau akhlak, maka pendidikan ini merupakan upaya proses pelatihan, pembudayaan, bimbingan serta pelibatan langsung secara terus menerus bagi peserta didik berdasarkan muatan nilai-nilai yang dipandang baik menurut agama, adat istiadat atau konsep-konsep pengetahuan tentang akhlak baik lainnya dari berbagai sumber muatan nilai.
Pendidikan karakter seharusnya berangkat dari konsep dasar manusia yaitu fitrah. Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, yaitu memiliki akal, nafsu (jasad), hati dan ruh. Pendidikan agama Islam adalah untuk kemajuan masyarakat baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial sehingga dalam agama Islam memandang pendidikan sebagai suatu aspek yang memegang peranan penting dalam memanusiakan manusia. Setiap anak yang lahir pada dasarnya adalah suci ataupun membawa potensi dasar yang dapat dikembangkan. Jika anak dibesarkan dengan penuh bimbingan Islami maka anak akan tumbuh dengan cara dan norma yang Islami begitu pula sebaliknya. Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang sangat tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran untuk membentuk karakter anak. Konsep-konsep itu antara lain Tilawah, Ta’lim, Tarbiyah, Ta’dib, Tazkiyah dan Tadlrib.
1. Tilawah
Untuk mengembangkan kemampuan membaca, agar anak memiliki kefasihan berbicara dan kepekaan dalam melihat fenomena.
2. Ta’lîm
Ta’lim terkait pengembangan kecerdasan intelektual (intellectual quotient) yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif melalui pengajaran, sehingga anak memiliki pemikiran yang kreatif dan inovatif.
3. Tarbiyah
Metode tarbiyah digunakan untuk membangkitkan rasa kasih sayang, kepedulian dan empati dalam hubungan interpersonal antara guru dengan murid, sesama guru dan sesama siswa. Implementasi metode tarbiyah dalam pembelajaran mengharuskan seorang guru bukan hanya sebagai pengajar, melainkan melainkan juga mendidik anak kearah penanaman moral.
4. Ta’dîb
Metode ta’dîb digunakan untuk membangkitkan kalbu (EQ) dalam diri anak didik. Ta’dîb lebih berfungsi pada pendidikan nilai dan pengembangan iman dan taqwa. Diharapkan anak memiliki komitmen moral dan etika.
5. Tazkiyah
Metode tazkiyah digunakan untuk membersihkan jiwa (SQ) dan terbentuknya jiwa yang suci, jernih dan bahagia.
6. Tadlrîb
Tadlrib terkait dengan kecerdasan fisik atau keterampilan (physical quotient atau adversity quotient). Metode tadlrîb (latihan) digunakan untuk mengembangkan keterampilan fisik, psikomo - torik dan kesehatan fisik agar terbentuk fisik yang kuat, cekatan dan terampil.
Tujuan dari pendidikan karakter adalah agar manusia menjadi baik dan terbiasa kepada yang baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dan latihan adalah untuk membentuk manusia yang beriman, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat.Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan agama Islam adalah agar seseorang terbiasa melakukan perbuatan baik, supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis.
Selain tujuan di atas yaitu bisa juga mengembangkan potensi dasar anak agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur, dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
REFERENSI
Komentar
Posting Komentar